masukkan script iklan disini
Nurhadi memang aktif di jejaring media sosial Facebook sejak tujuh tahun lalu dengan aktivitas shitposting-nya.
Setahun setelahnya, akunnya mulai diikuti banyak orang. Rata-rata pengikutnya pelajar, mahasiswa dan intelektual muda yang aktif berbagi dan komentar di akun Facebook Nur Ha Di dan Twitter @nurhadi48. Dia juga memiliki akun Instagram Nur Ha Di.
Bukan kali ini saja para fans mencari pria yang akrab disapa Pakdhe ini. Sebelumnya, beberapa anak muda meminta izin menggunakan nama dan fotonya.
"Pertama kali Nizar anak kuliahan di Jakarta nyetting foto saya kemudian Nico, anak muda asal Banten yang mengiklankan kaos komunias angka 10 di Vlog nya. Mereka tertarik karena saya ini lucu dan menginspirasi, rata-rata bilang gitu."
Semua terjadi secara spontan. Nurhadi juga tidak pernah membayangkan karakternya sebagai capres.
"Nggak ada bayangan, mengalir saja. Nggakngerti, wong semua itu cuman guyonan agar semua tertawa, tersenyum tidak ada pertikaian. Tidak ada lagi ketegangan.
Pencapresan dirinya pun tak menghalangi dan membatasi interaksi dengan orang-orang di sekelilingnya. Tidak ada perubahan dalam kesehariannya meski terkenal di media sosial sebagai capres.
Nurhadi bahkan konsisten menikmati rutinitas kesehariannya sebagai tukang urut. Profesi yang sudah di jalani 15 tahun terakhir ini. Kepiawaian memijat diperoleh dari proses belajar setelah sebelumnya menjajal bermacam pekerjaan.
"Jadi pengrajin grafir kaca 4 tahun, terus di Jasnet 4 tahun, pindah lagi jadi kurir mandiri 2 tahun, dan berakhir jadi tukang pijat lebih menyenangkan karena bisa menolong orang lain," jelas pria kelahiran Kudus, 10 Agustus 1969 ini.
Lelaki bersahaja itu setiap pagi mengendarai motor usang keluaran 1996 menuju ke Pasar Brayung, Mejobo untuk membuka praktik jasa pijat dan jualan rambuan herbal di dua los pasar miliknya.
Satu los berada di tengah pasar dan satu lagi berada di belakang pasar yang buka dari pukul 08.00-13.00 WIB. Tak ada hari libur kecuali menerima panggilan ke luar kota.
"Dari balita hingga manula, ada juga mahasiswa. Rata-rata pelanggan. Terserah pelanggan mau minta pijat di mana semua dilayani. Kadang ada yang minta di rumah atau di panggil. Tarifnya sukarela."
Setahun setelahnya, akunnya mulai diikuti banyak orang. Rata-rata pengikutnya pelajar, mahasiswa dan intelektual muda yang aktif berbagi dan komentar di akun Facebook Nur Ha Di dan Twitter @nurhadi48. Dia juga memiliki akun Instagram Nur Ha Di.
Bukan kali ini saja para fans mencari pria yang akrab disapa Pakdhe ini. Sebelumnya, beberapa anak muda meminta izin menggunakan nama dan fotonya.
"Pertama kali Nizar anak kuliahan di Jakarta nyetting foto saya kemudian Nico, anak muda asal Banten yang mengiklankan kaos komunias angka 10 di Vlog nya. Mereka tertarik karena saya ini lucu dan menginspirasi, rata-rata bilang gitu."
Semua terjadi secara spontan. Nurhadi juga tidak pernah membayangkan karakternya sebagai capres.
"Nggak ada bayangan, mengalir saja. Nggakngerti, wong semua itu cuman guyonan agar semua tertawa, tersenyum tidak ada pertikaian. Tidak ada lagi ketegangan.
Pencapresan dirinya pun tak menghalangi dan membatasi interaksi dengan orang-orang di sekelilingnya. Tidak ada perubahan dalam kesehariannya meski terkenal di media sosial sebagai capres.
Nurhadi bahkan konsisten menikmati rutinitas kesehariannya sebagai tukang urut. Profesi yang sudah di jalani 15 tahun terakhir ini. Kepiawaian memijat diperoleh dari proses belajar setelah sebelumnya menjajal bermacam pekerjaan.
"Jadi pengrajin grafir kaca 4 tahun, terus di Jasnet 4 tahun, pindah lagi jadi kurir mandiri 2 tahun, dan berakhir jadi tukang pijat lebih menyenangkan karena bisa menolong orang lain," jelas pria kelahiran Kudus, 10 Agustus 1969 ini.
Lelaki bersahaja itu setiap pagi mengendarai motor usang keluaran 1996 menuju ke Pasar Brayung, Mejobo untuk membuka praktik jasa pijat dan jualan rambuan herbal di dua los pasar miliknya.
Satu los berada di tengah pasar dan satu lagi berada di belakang pasar yang buka dari pukul 08.00-13.00 WIB. Tak ada hari libur kecuali menerima panggilan ke luar kota.
"Dari balita hingga manula, ada juga mahasiswa. Rata-rata pelanggan. Terserah pelanggan mau minta pijat di mana semua dilayani. Kadang ada yang minta di rumah atau di panggil. Tarifnya sukarela."